Rabu, 26 Desember 2012

perbedaan reggae dan rasta

Meluruskan lagu Ganja GUN & Bob Marley. Itu BUKAN tembang Bob Marley tetapi band yg bernama "Guerillafinga". seorang pecinta Musik "The Gong" akan tahu apakah itu suara,lirik & aransyemen seorang Bob Marley atau bukan. Jangan tertipu, Gong tak pernah menulis lagu soal Ganja secara vulgar. Berikutnya sepenggal Lirik "Ganja gun" ... "I'm gonna smoke ganja til my eyes go blind." Yg artinya "Hisap ganja sampai buta"? Itu tentunya bukan gaya lirik Bob Marley dengan syair yg puitis, bermakna & bijak.
Sekali lagi Ganja Gun bukan lagu Bob Marley begitu juga dengan "Smoke two joints".
Hidup the Gong !
-Ras-


 Di Indonesia, reggae hampir selalu diidentikkan dengan rasta. Padahal, reggae dan rasta sesungguhnya adalah dua hal yang berbeda. "Reggae adalah nama genre musik, sedangkan rasta atau singkatan dari rastafari adalah sebuah pilihan jalan hidup, way of life," ujar Ras Muhamad , pemusik reggae yang sudah 12 tahun menekuni dunia reggae di New York dan penganut ajaran filosofi rasta. Repotnya, di balik ingar-bingar dan kegembiraan yang dibawa reggae, ada stigma yang melekat pada para penggemar musik tersebut. Dan stigma tersebut turut melekat pada filosofi rasta itu sendiri. "Di sini, penggemar musik reggae, atau sering salah kaprah disebut rastafarian, diidentikkan dengan pengisap ganja dan bergaya hidup semaunya, tanpa tujuan," ungkap Ras yang bernama asli Muhamad Egar ini. Padahal, filosofi rasta sesungguhnya justru mengajarkan seseorang hidup bersih, tertib, dan memiliki prinsip serta tujuan hidup yang jelas. Penganut rasta yang sesungguhnya menolak minum alkohol, makan daging, dan bahkan mengisap rokok. "Para anggota The Wailers (band asli Bob Marley) tidak ada yang merokok. Merokok menyalahi ajaran rastafari," papar Ras.

Ras mengungkapkan, tidak semua penggemar reggae adalah penganut rasta, dan sebaliknya, tidak semua penganut rasta harus menyenangi lagu reggae. Reggae diidentikkan dengan rasta karena Bob Marley—pembawa genre musik tersebut ke dunia adalah seorang penganut rasta.

Ras menambahkan, salah satu bukti bahwa komunitas reggae di Indonesia sebagian besar belum memahami ajaran rastafari adalah tidak adanya pemahaman terhadap hal-hal mendasar dari filosofi itu. "Misalnya waktu saya tanya mereka tentang Marcus Garvey dan Haile Selassie, mereka tidak tahu. Padahal itu adalah dua tokoh utama dalam ajaran rastafari," ungkap pemuda yang menggelung rambut panjangnya dalam sorban ini.
Pemusik Tony Q Rastafara pun mengakui, meski ia menggunakan embel-embel nama Rastafara, tetapi dia bukan seorang penganut rasta. Tony mencoba memahami ajaran rastafari yang menurut dia bisa diperas menjadi satu hakikat filosofi, yakni cinta damai. "Yang saya ikuti cuma cinta damai itu," tutur Tony yang tidak mau menyentuh ganja itu.
Namun, meski tidak memahami dan menjalankan seluruh filosofi rastafari, para penggemar dan pelaku reggae di Indonesia mengaku mendapatkan sesuatu di balik musik yang mereka cintai itu. Biasanya, dimulai dari menyenangi musik reggae (dan lirik lagu-lagunya), para penggemar itu kemudian mulai tertarik mempelajari filosofi dan ajaran yang ada di baliknya.

Seperti diakui Hendry Moses Billy, gitaris grup Papa Rasta asal Yogya, yang mengaku musik reggae semakin menguatkan kebenciannya terhadap ketidakadilan dan penyalahgunaan wewenang. Setiap ditilang polisi, ia lebih memilih berdebat daripada "berdamai". "Masalahnya bukan pada uang, tetapi praktik seperti itu tidak adil," tandas Moses yang mengaku sering dibuntuti orang tak dikenal saat beli rokok tengah malam karena dikira mau beli ganja.
Sementara Steven mengaku dirinya menjadi lebih bijak dalam memandang hidup sejak menggeluti musik reggae. Musik reggae, terutama yang dipopulerkan Bob Marley, menurut Steven, mengajarkan perdamaian, keadilan, dan antikekerasan. "Jadi kami memberontak terhadap ketidakadilan, tetapi tidak antikemapanan. Kalau reggae tumbuh, maka di Indonesia tidak akan ada perang. Indonesia akan tersenyum dengan reggae," ujar Steven mantap.

Sila dan Joni dari Bali menegaskan, seorang rasta sejati tidak harus identik dengan penampilan ala Bob Marley. "Rasta sejati itu ada di dalam hati," tandas Sila sambil mengepalkan tangan kanan untuk menepuk dadanya.

Ras Muhammad

Penyanyi dan Duta Reggae Indonesia, Ras Muhammad akan meluncurkan buku Negeri Pelangi yang mengisahkan refleksi perjalanannya selama mencari akar musik reggae di Ethiopia.
 "Banyak orang yang mengira bahwa warna rasta (hijau, kuning, merah) yang identik dengan musik reggae adalah warna dari Jamaika, ternyata itu adalah warna bendera Ethiopia," katanya.
 Ras Muhammad menjelaskan semua penelusurannya dalam buku Negeri Pelangi yang diluncurkan pada Februari 2013.
Dalam pencarian akar musik reggae yang dilakukan dengan mengunjungi Ethiopia itu, ditemukan banyak kenyataan berbeda dari yang selama ini diidentikan dengan musik reggae.
"Biasanya reggae dianggap negatif karena identik dengan narkoba, tetapi tidak demikian adanya. Nanti, peluncuran buku itu bersamaan dengan salah satu single saya," katanya sambil merahasiakan judul album single itu.
Tidak hanya itu, ia juga akan merilis album internasional pertamanya pada Mei 2013 di bawah bendera Oness, label rekaman Jerman.
"Itu adalah album internasional pertama saya yang berada di bawah major label, judulnya masih rahasia, tunggu saja tahun depan akan segera dirilis," ucapnya usai konser musik bertajuk Maluku Night - Drug Free yang diselenggarakan Badan Narkotika Nasional (BNN) Maluku, Minggu (25/11).
Jauh-jauh datang ke Ambon, penyanyi yang memiliki nama asli Muhammad Edgar tersebut, tampil maksimal di pertunjukan musik Maluku Night - Drug Free itu. Dia membawakan belasan lagu, di antaranya One Love, Jamming, No Wowen No Cry yang dipopulerkan oleh Bob Marley, dan Kugadaikan Cintaku milik penyanyi legendaris Gombloh.
Ratusan penonton yang memadati Lapangan Merdeka Ambon, berjingkrak-jingkrak mengikuti setiap alunan lagu dari musisi yang telah memulai karirnya sejak tahun 2005 dengan meluncurkan album indie bertajuk Declaration Of Truth di New York, Amerika Serikat.
"Ini pertama kali saya ke Ambon, selain daerahnya indah, orangnya juga ramah-ramah," katanya di tengah-tengah konsernya.
Ras Muhammad telah meluncurkan sedikitnya tiga album, yakni Declaration Of Truth, Reggae Ambasador, dan Next Chapter. Dua di antara albumnya direkam secara indie. (antara/dar)

REGGAE

Reggae adalah suatu aliran musik yang awalnya dikembangkan di Jamaika pada akhir era 60-an. Sekalipun kerap digunakan secara luas untuk menyebut hampir segala jenis musik Jamaika, istilah reggae lebih tepatnya merujuk pada gaya musik khusus yang muncul mengikuti perkembangan ska dan rocksteady.
Reggae berbasis pada gaya ritmis yang bercirikan aksen pada off-beat atau sinkopasi, yang disebut sebagai skank. Pada umumnya reggae memiliki tempo lebih lambat daripada ska maupun rocksteady. Biasanya dalam reggae terdapat aksentuasi pada ketukan kedua dan keempat pada setiap bar, dengan gitar rhythm juga memberi penekanan pada ketukan ketiga; atau menahan kord pada ketukan kedua sampai ketukan keempat dimainkan. Utamanya "ketukan ketiga" tersebut, selain tempo dan permainan bassnya yang kompleks yang membedakan reggae dari rocksteady, meskipun rocksteady memadukan pembaruan-pembaruan tersebut secara terpisah.


Beberapa nama yang terkenal dalam dunia musik Reggae dan sub-ragamnya Indonesia antara lain jamaica, D'riie Ambazsador,Tony Q Rastafara, Souljah, Ras Muhamad, Joni Agung (Bali), New Rastafara,Songket Reggae (Yogyakarta),Marasta (Yogyakarta),Mbah Surip (Mojokerto)dan Marapu (Yogyakarta/Waingapu, Sumba Timur) Selain itu ada juga grup reggae Coconut Head yang berasal dari Medan. Band reggae ini termasuk band pertama yang menggunakan nama "Coconut Head" di seluruh dunia.
Sekitar tahun 1986 musik Reggae mulai dikumandangkan di Indonesia, band tersebut adalah barbet comunity, Black Company sebuah band dengan genre Reggae, beberapa tahun kemudian muncul Asian Roots yang merupakan turunan dari band sebelumnya, kemudian ada Asian Force dan Abresso, Jamming. Kemudian muncul Band Cassavara''' dari (Jajarmaica, Wonosobo, Jawa Tengah)

 Dansa Reggae merupakan sebuah album musik karya almarhumah penyanyi 80-an Nola Tilaar. Dirilis pada tahun 1983. Lagu utamanya di album ini ialah Dansa Reggae, yang terkenal dengan liriknya yang memperkenalkan ajakan berdansa reggae dalam berbagai bahasa daerah.

Senin, 24 Desember 2012

Sejarah topeng monyet

TEK… dur… tek… dur… tek… dur… Suara tambur mengalun, pertanda atraksi topeng monyet dimulai. Anak-anak dan dewasa berkumpul mengeliling para pemain. “Sarimin pergi ke pasar,” perintah sang dalang. Dia lalu memberikan tas dan payung kecil kepada seekor monyet berekor panjang (macaca fascicularis). Sang monyet pun berjalan berkeliling sejauh tali yang mengikat lehernya. Sang dalang kemudian memberikan peralatan lain: motor-motoran, kuda-kudaan, dan dorong-dorongan seperti gerobak dorong, tentu semuanya berukuran kecil.

Bagaimana melacak topeng monyet? Y.W. Mangunwijaya dalam Rara Mendut: Sebuah Trilogi menyebut topeng monyet sebagai kethek ogleng: monyet yang serba bergerak tak seimbang, kikuk, dan lucu; dimanfaatkan untuk ngamen dalam pertunjukan topeng monyet. Mangunwijaya agaknya keliru sebab kethek ogleng, sebagai salah satu cerita rakyat (folklore) dalam kisah Panji dari Jawa, kemudian menjadi dongeng anak-anak dan sendratari tradisional Tari Kethek Ogleng.

Menurut Matthew Isaac Cohen, “Multiculturalism and Performance in Colonial Cirebon,” dalam The Indonesian Town Revisited karya Peter J.M. Nas, pertunjukan yang menampilkan monyet dan anjing direproduksi di Indonesia. Di Jakarta dikenal dengan nama “topeng monyet” dan tempat lain di Jawa sebagai ledhek kethek. Miniatur sirkus ini merupakan salah satu hiburan mengamen paling umum di pasar, jalan-jalan pedesaan, dan perkotaan di seluruh barat Indonesia. Pertunjukan akrobatik ini menjadi umum pada awal 1890-an.

Dalam hasil riset postdoktoralnya di International Institute for Asian Studies (IIAS) Ohio University, mengenai Komedi Stamboel: Popular Theater in Colonial Indonesia, 1891–1903, Cohen menjelaskan bahwa atraksi monyet dan anjing terkait dengan perkembangan seni pertunjukan komersial di Hindia Belanda pada akhir abad ke-19. Selain pertunjukan komersial berskala besar seperti sirkus, kelompok akrobatik Jepang, operet, dan burlesque (pertunjukan drama atau musik yang bertujuan membuat tertawa), ada juga hiburan berskala kecil: panggung pesulap Eropa, India dan Cina; balloonists (orang yang mengoperasikan wahana balon terbang), pertunjukan anjing dan monyet, serta seniman boneka.

Hindia Belanda terkenal dengan keragaman seni pertunjukan tradisional. Banyak bentuk seni rumit yang ditampilkan orang Jawa, Bali, Madura, dan etnis lain dari kepulauan bagian barat, seperti wayang kulit yang berakar seribu tahunan atau lebih. Ada berbagai bentuk tari kerasukan yang terkadang dikaitkan dengan perdukunan dan penyembuhan, tari topeng dan teater topeng, tarian rakyat komunal, serta bercerita dengan iringan musik. Prosesi dengan tandu, patung raksasa, musik, dan menari sebagai bagian dari ritus dalam banyak masyarakat Hindia Belanda.

“Rombongan musisi rakyat, penari, aktor, dan hewan mengamen di pasar dan sudut-sudut jalan,” tulis Cohen.



Pertunjukan topeng monyet terutama dinikmati oleh anak-anak, baik pribumi maupun Belanda dan Eropa. Hal ini bisa dilihat dari foto koleksi Tropenmuseum Amsterdam, Belanda. Foto yang bertarikh 1900-1920 ini memperlihatkan seorang dalang Arab dengan dua monyetnya yang dirantai (lihat foto di atas). Ada enam foto pertunjukan topeng monyet lainnya (lihat foto di bawah) diambil antara 1 Januari 1947 sampai 31 Desember 1949 oleh Charles Breijer, anggota de Ondergedoken Camera atau persatuan juru foto Amsterdam yang bekerja sebagai juru kamera di Indonesia dari 1947 sampai 1953. Dia kerap membuat foto kehidupan sehari-hari. Breijer meninggal dunia pada 18 Agustus 2011 di usia 96 tahun.












Hingga 1970-an, topeng monyet menjadi hiburan anak-anak yang populer. Sampai-sampai, penyanyi cilik Adi Bing Slamet menyanyikan lagu berjudul Topeng Monyet. Saking populer, banyak anak yang menginginkan pertunjukan topeng monyet untuk mengisi acara ulang tahun.
 

©Afika Syarfiena - Powered ByBlogger Thanks to Blogger Templates | punta cana dominican republic